MERATA.ID-Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah gangguan kepribadian yang sering kali tidak disadari oleh penderitanya. NPD tidak hanya tentang “terlalu percaya diri” atau “ingin tampil lebih menonjol,” melainkan gangguan psikologis yang menyebabkan penderita sulit menerima bahwa ada masalah dalam cara pandang dan perilakunya. Banyak penderita NPD merasa baik-baik saja dan bahkan cenderung menyalahkan orang lain atas konflik yang mereka hadapi, tanpa menyadari dampaknya bagi orang-orang di sekitar mereka.
Menurut data dari American Psychiatric Association, sekitar 1% dari populasi global mengalami gangguan ini, yang sering kali berdampak serius pada keluarga, pasangan, dan teman-teman mereka.
Mengapa Penderita NPD Tidak Menyadari Masalahnya?
Orang dengan NPD cenderung memiliki pandangan berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan merasa lebih unggul dibandingkan orang lain. Mereka sulit menerima kritik dan mudah menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi. Dalam psikologi, hal ini dikenal sebagai grandiosity atau perasaan keistimewaan berlebihan, yang membuat mereka cenderung menyangkal kekurangan diri.
Dalam wawancara dengan Psikolog Klinis Dr. Rahmi Fitri, M.Psi, disebutkan, “Penderita NPD sering kali tidak menyadari dampak perilaku mereka pada orang lain karena pandangan diri yang sangat terdistorsi. Mereka sulit menerima bahwa masalah dapat berasal dari diri mereka sendiri.”
Contoh Kasus: Perselingkuhan dan Sikap Menyalahkan
Salah satu kasus yang sering ditemui adalah seorang lelaki yang berulang kali melakukan perselingkuhan, namun justru menyalahkan pasangannya sebagai alasan di balik perilakunya. Dia mengklaim bahwa perselingkuhannya adalah “konsekuensi” karena merasa tidak dihargai oleh pasangan. Setiap kali ketahuan, ia meminta maaf hanya sebatas di mulut tanpa niat nyata untuk berubah. Tidak lama berselang, perilaku yang sama akan terulang kembali.
Bagi penderita NPD, meminta maaf sering kali hanya menjadi alat untuk menghindari konsekuensi langsung tanpa komitmen untuk memperbaiki diri. Permintaan maaf ini bukanlah cerminan dari kesadaran atau rasa bersalah, melainkan lebih untuk menjaga citra diri dan membuat orang lain merasa bersalah. Dalam kasus seperti ini, sang pasangan merasa terkuras secara emosional karena terus-menerus menjadi pihak yang disalahkan, meski sebenarnya tidak ada yang salah dengan perlakuannya. Efeknya bisa lebih membahayakan bagi pasangan, karena mereka terjebak dalam lingkaran manipulasi dan sering kali kehilangan kepercayaan diri serta kemampuan untuk menilai hubungan secara objektif. Ini adalah salah satu contoh bagaimana penderita NPD bisa menyebabkan luka emosional yang mendalam pada orang-orang di sekitarnya.
Dampak yang Berat bagi Orang-Orang Terdekat
Ketika terus-menerus disalahkan dan terjebak dalam dinamika dengan penderita NPD, pasangan, keluarga, dan teman-teman mereka sering kali mengalami tekanan emosional yang berat. Mereka merasa tidak dihargai, bingung, dan bahkan kehilangan rasa percaya diri. Selain itu, mereka sering merasa bersalah atas konflik yang bukan sepenuhnya tanggung jawab mereka, karena permainan peran sebagai korban yang dilakukan oleh penderita NPD.
Cara Membantu Penderita NPD dengan Pendekatan yang Tepat
Menghadapi seseorang dengan NPD tidak mudah dan memerlukan kesabaran yang besar. Terapi profesional adalah langkah terbaik untuk membantu mereka mengenali dampak dari perilaku mereka dan belajar mengembangkan empati. Melalui terapi, penderita NPD dapat mengenali pola berpikir yang merusak dan mempelajari cara mengatur diri lebih baik. Penderita NPD sendiri akan lebih mudah merespons jika pendekatan dilakukan dengan empati, bukan dengan konfrontasi atau kritik langsung.
Sebagai orang yang berhubungan dekat dengan penderita NPD, sangat penting untuk mengetahui batas-batas diri agar tidak ikut terjebak dalam manipulasi atau merasa bertanggung jawab atas masalah yang tidak berasal dari diri sendiri.
Menumbuhkan Kesadaran dan Dukungan Sosial untuk Menanggulangi Dampak NPD
Dengan lebih memahami tentang NPD, masyarakat bisa membantu mendukung mereka yang terjebak dalam hubungan yang rumit akibat gangguan ini. Psikolog Dr. Rahmi Fitri menyarankan agar masyarakat menghindari stigma pada penderita NPD dan mengedukasi diri tentang gangguan ini dengan pendekatan yang lebih terbuka. “Seseorang dengan NPD juga butuh dukungan untuk memahami dirinya dan merespons lingkungan sosial dengan lebih sehat,” jelasnya.
Memahami kondisi ini membantu kita menghadapi, menolong, atau memberikan dukungan kepada orang-orang yang terdampak oleh NPD, baik penderitanya maupun orang-orang di sekitar mereka.