Fenomena Anak 12 Tahun Mengamuk karena Gadget: Fakta dan Solusi

MERATA.ID – Dilansir dari laman Instagram idnfeeds.co, Insiden seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang mengamuk hingga menghancurkan seisi rumahnya setelah ponselnya diambil oleh ibunya memicu keprihatinan publik. Fenomena ini menunjukkan dampak serius ketergantungan gadget pada perilaku anak-anak. Minggu (24/11/2024).

Data UNICEF 2022 mencatat bahwa anak-anak menghabiskan rata-rata 3-4 jam per hari menggunakan gadget. Ketergantungan ini dapat menimbulkan “digital rage,” yaitu kemarahan berlebihan ketika akses gadget dibatasi. Psikolog menyebut fenomena ini terjadi karena gadget memberikan stimulasi instan, sehingga anak menjadi kesulitan mengelola emosi mereka saat menghadapi larangan.

Kasus ini mengingatkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam membimbing anak menggunakan teknologi secara bijak. Dengan edukasi dan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat belajar memanfaatkan gadget untuk mendukung kreativitas dan pembelajaran, bukan menjadi sumber ketergantungan. Seiring perkembangan teknologi, gadget menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, termasuk bagi anak-anak. Namun, pemberian gadget yang berlebihan dapat membawa berbagai dampak negatif bagi perkembangan mereka.

Penggunaan gadget dalam waktu lama sering kali mengganggu kemampuan anak untuk fokus dan berkonsentrasi. Anak yang terbiasa terpaku pada layar dapat menjadi lebih hiperaktif dan mudah mengalami frustrasi. Selain itu, perilaku agresif juga sering muncul, terutama ketika akses ke gadget dibatasi. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan yang berkembang terhadap stimulasi visual dan digital.

Selain dampak psikologis, ada juga risiko fisik. Terlalu lama menggunakan gadget dapat menyebabkan postur tubuh yang buruk, gangguan penglihatan, dan kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya waktu untuk bermain aktif di luar ruangan juga menghambat kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dan mengembangkan kreativitas.

Penting untuk memberikan aturan penggunaan gadget yang jelas. Orang tua bisa menetapkan waktu tertentu untuk anak menggunakan gadget, misalnya hanya untuk belajar atau hiburan yang terbatas. Selain itu, mengajak anak melakukan aktivitas alternatif seperti bermain di luar, menggambar, atau membaca buku bisa menjadi solusi efektif.

Pendampingan adalah kunci. Ketika anak menggunakan gadget, pastikan konten yang mereka akses sesuai dengan usia mereka. Orang tua juga perlu menjadi contoh dengan membatasi penggunaan gadget dalam keseharian.

Keluarga di Jepang berhasil mengurangi waktu layar anak dengan sistem penghargaan, seperti memberikan waktu bermain gadget setelah tugas harian selesai. Di Eropa, kampanye “Offline Weekend” mendorong keluarga untuk menjauhkan diri dari perangkat digital selama akhir pekan.

Pemberian gadget tidak selalu buruk jika dikelola dengan bijak. Dengan mengajarkan anak bagaimana menggunakan teknologi secara sehat, kita tidak hanya melindungi mereka dari dampak negatif, tetapi juga membantu mereka memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *