Pelayanan RS Handayani Dikeluhkan Keluarga Pasien: Istri Kritis, Ruang Rawat Sulit, Transfusi Minim, Rujukan Dipersulit

Kotabumi, MERATA.ID – Seorang pasien berinisial ISW (53) terpaksa dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandar Lampung, setelah keluarganya mengaku kecewa berat terhadap buruknya pelayanan di RS Handayani Kotabumi, Kamis (5/6/2025).

Arfan, suami ISW, tak kuasa menyembunyikan kekesalannya saat menceritakan perjuangannya mendampingi sang istri yang tengah sakit sejak tujuh bulan terakhir.

Warga Gunung Labuhan, Kabupaten Way Kanan itu, menyebut pelayanan RS Handayani tidak manusiawi, bahkan cenderung menyulitkan pasien dari awal proses pendaftaran hingga saat istrinya dalam kondisi kritis.

“Kami dari awal sudah repot sendiri. Mau cari kamar rawat inap pun selalu dipersulit, padahal kondisi istri saya lemas dan butuh segera ditangani,” ungkap Arfan kepada awak media.

Menurutnya, awalnya ISW dirujuk oleh Puskesmas Gunung Labuhan ke RS Handayani untuk menjalani transfusi darah karena kadar hemoglobin (HB) yang rendah.

Namun saat tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD), mereka langsung dihadapkan pada minimnya perhatian dan lambannya penanganan dari pihak rumah sakit.

Arfan menyebut, pada Minggu (18/5), dirinya harus menunggu hampir 12 jam hanya untuk mendapatkan kamar rawat inap.

“Saya cari kamar dari jam 10 malam sampai jam 10 pagi baru dapat. Itu pun setelah saya marah-marah dulu, baru mereka kasih kamar. Alasan mereka katanya semua kamar penuh, padahal saya lihat ada yang kosong,” bebernya.

Setelah masuk ruang rawat, penderitaan keluarga ini belum berakhir. Sang istri hanya mendapatkan satu kantong kecil darah meskipun hasil pemeriksaan menunjukkan HB masih sangat rendah. Transfusi tidak dilanjutkan, sementara kondisi pasien semakin melemah.

Puncaknya terjadi pada Senin (2/6/2025), saat ISW datang kembali ke RS Handayani dalam keadaan darurat. Namun selama tiga hari dirawat, kondisi pasien justru memburuk. Bukannya ditangani intensif, pasien malah tidak sadarkan diri selama 23 jam.

“Bayangkan, istri saya dalam keadaan kritis tapi malah disuruh nunggu dokter. Kami minta rujukan ke RSUD Abdul Moeloek saja pun dipersulit, katanya harus menunggu ini-itu. Padahal kondisinya sudah darurat,” tegas Arfan.

Ia menyatakan bahwa pelayanan RS Handayani benar-benar tidak layak. Kamar yang seharusnya tersedia disebut penuh, transfusi minim, dan penanganan pasien kritis yang terkesan lalai.

“Saya kecewa berat. Dari awal kami tidak dilayani dengan baik. Istri saya datang sadar, tapi malah jadi tidak sadar selama dirawat. Akhirnya saya minta rujuk ke RSUD Abdul Moeloek, dan baru ditangani secara maksimal di sana,” jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed