MERATA.ID – Peringkat keempat yang diraih TNI Angkatan Laut (AL) dalam daftar kekuatan maritim dunia versi World Directory of Modern Military Warships (WDMMW) 2025 disebut sebagai capaian luar biasa. Indonesia berhasil menempatkan armada lautnya di atas negara-negara besar seperti Inggris dan Prancis.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai bahwa posisi tersebut bukan hanya pencapaian simbolik, melainkan bentuk pengakuan internasional atas kemajuan pembangunan kekuatan laut Indonesia.
“Peringkat keempat TNI AL versi WDMMW 2025 menandakan pengakuan terhadap konsistensi pembangunan kekuatan maritim Indonesia,” ujar Khairul, Jumat (18/07/25) melansir kompas.com.
Berbeda dari indeks seperti Global Firepower yang menitikberatkan pada jumlah total aset, WDMMW menggunakan metode penilaian True Value Rating (TvR). Metode ini mengukur keseimbangan armada, kualitas sistem senjata, kesiapan tempur, dukungan logistik, struktur organisasi, hingga kapasitas industri pertahanan nasional.
Khairul menyebutkan, sejumlah faktor menjadi kunci keunggulan TNI AL saat ini. Di antaranya program modernisasi fregat, kapal cepat rudal, revitalisasi kapal selam, serta penguatan satuan elite seperti Kopaska dan Korps Marinir. Tak kalah penting, keterlibatan industri pertahanan dalam negeri seperti PT PAL juga menunjukkan kemajuan signifikan.
“Keunggulan TNI AL dalam indeks ini tecermin dari postur kekuatan yang terus diperkuat. Mulai dari modernisasi platform utama hingga peran aktif PT PAL dalam membangun kapal kombatan,” jelasnya.
Selain kekuatan armada, keberadaan tiga Komando Armada (Koarmada) dan pangkalan utama dari Sabang hingga Merauke memperkuat daya proyeksi kekuatan TNI AL di sepanjang lintasan strategis Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Hal ini memberi keuntungan strategis bagi Indonesia dalam konteks pelayaran global.
Meski demikian, Khairul mengingatkan agar keunggulan yang tercatat di atas kertas tidak membuat lengah. Transformasi nyata di lapangan harus terus berjalan, terutama melalui penerapan konsep network-centric warfare berbasis sistem C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance).
“Modernisasi tidak cukup hanya mengganti platform lama. Diperlukan integrasi sistem senjata pintar, radar jarak jauh, sonar bawah laut, dan kemampuan peperangan elektronik,” tambah Khairul.
“Dalam konteks ini, pembangunan fregat baru, kapal selam generasi modern, dan sistem pertahanan anti-kapal serta anti-udara menjadi sangat penting.”