Erni Bajau Suarakan Realita Pedih dan Harapan Suku Laut: Kami Bukan Kelas Dua, Kami Aset Bangsa

Jakarta, MERATA.ID – Sosok inspiratif Ibu Erni Bajau kembali mengangkat realita kehidupan masyarakat Bajau di Indonesia ke permukaan. Dalam pertemuan hangat bersama konten kreator Bang Jay di kantor POSBI (Perkumpulan Orang Same Bajau Indonesia), Erni menuturkan perjuangan panjang masyarakat Bajau yang tersebar di lebih dari 500 desa di 15 provinsi, namun hingga kini kerap dianggap sebagai warga kelas dua.

Dalam perbincangan tersebut, Ibu Erni menggambarkan masyarakat Bajau sebagai manusia laut, yang hidup berdampingan erat dengan samudra. Bagi mereka, perahu bukan sekadar alat transportasi, melainkan simbol kehidupan dan kehormatan.

“Kalau musim angin barat datang, mereka lebih takut kehilangan perahu daripada rumah,” ujar Erni dengan nada penuh refleksi.

POSBI, yang ia pimpin, terus bergerak mendorong kesetaraan hak bagi komunitas Bajau. Salah satu terobosan penting adalah percepatan sertifikasi tanah yang mulai terealisasi sejak 2022 di era Presiden Jokowi.

Selain itu, mereka juga memperjuangkan regulasi kesehatan dan pendidikan yang lebih inklusif bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir dan perairan.

Di tengah perjuangan tersebut, harapan mulai bersinar. Generasi muda Bajau kini mulai menempuh pendidikan tinggi dan tampil percaya diri di ruang digital.

“Kami ingin suku Bajau diakui sebagai aset bangsa, bukan hanya dilihat sebagai ‘orang laut’,” tegas Erni.

Dalam misi membumikan identitas Bajau, Ibu Erni bahkan diundang hingga ke Filipina, Thailand, dan Kuala Lumpur untuk menyuarakan keberadaan suku laut Indonesia.

Namun, perjuangan di dalam negeri masih terus berlanjut dari pengakuan administratif, pendidikan, hingga hak hidup yang setara.

Sebagai penutup, Erni memperkenalkan karya sastra berjudul “Manusia Perahu Terakhir”, sebuah novel yang merekam denyut nadi perjuangan masyarakat Bajau di tengah ombak dan modernitas.

“Kami siap menjadi mitra pemerintah dan bangsa ini. Gunakan juga kacamata laut dalam membuat kebijakan. Kami ada, kami nyata, dan kami berharga,” tutupnya.

Bang Jay sendiri, melalui kontennya yang dikenal membumi dan dekat dengan masyarakat desa, ikut memperkuat suara komunitas marginal seperti masyarakat Bajau. (MRA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *