Bandarlampung, MERATA.ID – Dosen UIN Raden Intan Lampung (RIL), Damanhuri, M.Pd., meraih research fellowship bergengsi dari Imam Bukhari International Scientific Research Center (IBISRC), Samarkand, Uzbekistan. Program riset ini berlangsung sejak 1 Agustus hingga 30 September 2025.
Undangan tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof. H. Wan Jamaluddin Z., M.Ag., Ph.D., bersama Ketua International Office, Bambang Budiwiranto, Ph.D., ke IBISRC pada 9 Oktober 2024. Sebagai salah satu mitra strategis, UIN RIL mendapatkan kesempatan research fellowship yang sepenuhnya didanai oleh lembaga riset internasional tersebut.
Kolaborasi ini menjadi bagian dari program internasionalisasi kampus yang menjadi salah satu pilar kerja Rektor UIN RIL. Berbagai capaian, termasuk research fellowship ini, semakin mengukuhkan langkah kampus menuju visi Bertumbuh Mendunia.
Tahun ini, Damanhuri yang juga Sekretaris Prodi S2 Pendidikan Agama Islam bergabung bersama dua peneliti lain dari Tunisia dan Malaysia. Mereka mengusung riset berjudul Decolonizing Islamic Studies, Reclaiming Epistemic Sovereignty.
“Sebagai peneliti tamu, saya berkewajiban mempresentasikan research project pada minggu kedua dan final project pada minggu ketujuh. Saya juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah dan kultural IBISRC,” ujar Damanhuri dari Samarkand.
Ia menambahkan, sejak berdiri pada 2017, IBISRC memiliki mandat bukan hanya untuk mengumpulkan, mengkaji, dan mendiseminasikan karya-karya Imam Bukhari dan disiplin hadits, tetapi juga menggali kekayaan khazanah intelektual Islam lintas disiplin.
Lembaga ini secara rutin menggelar konferensi, simposium, seminar, pameran, hingga kegiatan kebudayaan antarbangsa, serta membuka peluang research fellowship bagi peneliti dari berbagai negara.
IBISRC berlokasi di kompleks pemakaman Imam Bukhari di Distrik Payaryk, Khoja Ismail Town, Samarkand yang kini memasuki tahap akhir renovasi besar-besaran.
Bangunan masjid raya, mausoleum, museum, dan Institut Kajian Hadits berdiri megah, menjadi “mesin waktu” yang menghidupkan kembali kejayaan peradaban Islam.
Selain IBISRC, Samarkand dan sekitarnya juga menyimpan jejak sejarah dunia Islam yang memukau, seperti Registan Square, mausoleum Amir Timur Gur Emir, madrasah Ulugh Beg, serta kota bersejarah Bukhara, Khiva, dan Termez.
Uzbekistan sendiri dikenal sebagai tanah kelahiran para cendekiawan besar, di antaranya Imam al-Bukhari, al-Tirmidzi, al-Maturidi, Ibnu Sina, al-Khawarizmi, al-Biruni, dan Abu Laits al-Samarqandi.
Bagi umat Islam Indonesia, Uzbekistan memiliki ikatan sejarah khusus. Ibrahim Asmoro Qondi ayah Sunan Ampel diyakini berasal dari Samarkand. Sosok ini kerap dihubungkan dengan Abu Laits al-Samarqandi atau bahkan Maulana Malik Ibrahim, meskipun riset mutakhir menunjukkan perbedaan zaman yang cukup jauh.
Terlepas dari perdebatan sejarah, hubungan kultural-religius ini menjadikan Uzbekistan sebagai salah satu destinasi ziarah intelektual dan spiritual favorit Muslim Indonesia.
Kedekatan kedua negara juga terjalin di era modern. Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, tercatat sebagai salah satu tokoh penggagas pemugaran makam Imam Bukhari yang sempat terbengkalai saat Uzbekistan berada di bawah Uni Soviet.
Kini, semangat diplomasi kebudayaan itu berlanjut melalui kolaborasi riset dan pertukaran ilmiah seperti yang dijalani Damanhuri. (*)