Dari Loper Koran ke Tamu Allah: Perjalanan Iman Dulhari Menuju Tanah Suci

Jawa Timur, MERATA.ID

Di tengah riuhnya lalu lintas pagi di perempatan Masjid Agung Baiturrahman, Banyuwangi, sosok sepuh berpeci putih tampak bersahaja. Tangannya cekatan menyodorkan koran kepada pengendara yang melintas. Tak banyak yang tahu, bahwa di balik kesederhanaan itu tersimpan tekad luar biasa: menjadi tamu Allah di Tanah Suci.

Namanya Dulhari. Di usianya yang ke-88 tahun, ia bukan hanya dikenal sebagai loper koran yang setia selama 15 tahun, tapi juga sebagai sosok yang menginspirasi ribuan orang. Dengan penghasilan yang pas-pasan, ia menabung sedikit demi sedikit dari hasil menjual koran, hingga akhirnya impiannya menunaikan ibadah haji menjadi nyata.

“Setiap pagi saya berangkat membawa koran, meski kadang tidak habis terjual, saya tetap bersyukur. Saya yakin, rezeki tidak akan tertukar,” ungkap Dulhari dengan mata berkaca-kaca sesaat sebelum keberangkatannya ke Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.

Tahun 2019 menjadi titik penting dalam hidupnya. Setelah bertahun-tahun menabung, tabungannya mencapai Rp49 juta, cukup untuk mendaftar haji. Ia pun mendaftarkan diri di usia 82 tahun. Enam tahun berselang, pada tahun 2025, ia resmi menjadi salah satu dari 1.143 jemaah haji asal Banyuwangi yang berangkat ke Tanah Suci.

Apa yang dilakukan Dulhari menjadi bukti bahwa kekuatan niat dan kesabaran mampu menaklukkan segala keterbatasan. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, pun tak kuasa menyembunyikan kekagumannya.

“Pak Dulhari adalah bukti nyata bahwa dengan niat tulus dan usaha terus-menerus, Allah akan bukakan jalan. Semoga beliau selalu sehat, dan menjadi haji yang mabrur,” ujar Bupati Ipuk saat melepas keberangkatan calon jemaah haji kloter 44 dan 49.

Rombongan diberangkatkan dengan sembilan unit bus dari halaman Kantor Pemkab Banyuwangi. Hari itu menjadi momen bersejarah, tak hanya bagi Dulhari, tapi juga bagi banyak warga yang menyaksikan bagaimana seorang pria tua sederhana yang selama ini hanya dikenal sebagai loper koran, kini menjadi tamu Allah yang dimuliakan.

Perjalanan Dulhari ke Tanah Suci bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya. Sebuah pelajaran berharga: bahwa ketekunan, keikhlasan, dan keyakinan mampu mengubah hidup siapa saja.

Semoga setiap langkah Pak Dulhari di Tanah Suci menjadi jejak-jejak doa yang menembus langit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *