Mahasiswa KKN UIN RIL Tanam 100 Lubang Biopori di Kedaton: Solusi Sederhana Hadapi Banjir Permukiman Padat

Bandar Lampung,  MERATA.ID Kepedulian terhadap lingkungan hidup dan problem banjir di kawasan padat penduduk menjadi perhatian serius Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL).

Melalui aksi konkret, kelompok KKN Tematik 130 yang bertugas di Kelurahan Penengahan, Kecamatan Kedaton, melakukan pemasangan 100 lubang biopori sebagai langkah konservasi air dan pengurangan risiko banjir, Sabtu (26/7/2025).

Langkah ini menjadi bukti bahwa keterlibatan generasi muda dalam pengabdian masyarakat bukan hanya sekadar seremonial, tetapi juga menyentuh isu-isu mendesak yang dirasakan langsung oleh warga.

“Selain program utama kami terkait perlindungan anak, kami ingin menghadirkan program yang bisa menjawab persoalan nyata warga, salah satunya banjir. Karena itu kami inisiasi gerakan konservasi air lewat pembuatan 100 lubang biopori,” ujar Yohan Ardiansyah, Koordinator Kelompok KKN 130.

Kegiatan tersebut dilakukan di titik-titik rawan banjir berdasarkan hasil pemetaan dan komunikasi intensif dengan warga. Wilayah sekitar sungai menjadi salah satu fokus pemasangan biopori sebagai bentuk intervensi ekologis sederhana namun berdampak.

“Kami berdiskusi langsung dengan warga dan perangkat kelurahan untuk menentukan titik strategis. Ini bentuk pengabdian kami atas amanat dari Bapak Rektor Prof. H. Wan Jamaluddin dan Ibu Wali Kota Eva Dwiana agar mahasiswa hadir menjadi bagian dari solusi atas persoalan lingkungan,” lanjut Yohan.

Menurut Novianti Fitri, salah satu anggota KKN, pemasangan lubang biopori tak hanya mempercepat penyerapan air dan mengurangi genangan, tetapi juga berdampak positif terhadap kualitas tanah.

“Dengan drainase yang lebih baik, tanah tidak hanya lebih subur, tetapi daya resapnya pun meningkat. Kami berharap manfaatnya bisa dirasakan warga, terutama saat musim hujan tiba,” ujarnya.

Antusiasme warga pun menjadi modal sosial yang memperkuat efektivitas program ini. Dukungan masyarakat menjadi indikator bahwa solusi berbasis komunitas bisa diterapkan secara kolaboratif.

Yohan menegaskan, program ini adalah awal dari semangat menjaga lingkungan melalui tindakan kecil yang konsisten.

“Banjir mungkin tidak bisa diselesaikan dalam sehari, tapi lewat langkah-langkah kecil seperti ini, kami percaya bisa membawa perubahan besar,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *