Makkah, MERATA.ID – Jamaah calon haji Indonesia mulai diberangkatkan ke Arafah sejak Rabu (4/5/25) bertepatan dengan 8 Zulhijah. Seiring dengan itu, pemerintah mengingatkan pentingnya kesiapan fisik dan pemahaman ibadah bagi jamaah menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Sekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Arfi Hatim, mengatakan bahwa menjaga stamina dan mempersiapkan perlengkapan secara matang menjadi kunci agar ibadah puncak haji berjalan lancar dan khusyuk.
“Jaga stamina, istirahat yang cukup, dan konsumsi makanan sehat yang sudah tersedia,” kata Arfi di Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/25).
Ia menekankan agar jamaah menyiapkan seluruh kebutuhan pribadi sejak malam sebelumnya. Perlengkapan yang dimaksud antara lain pakaian ihram, kartu identitas (kartu nusuk), obat-obatan pribadi, masker, pelindung panas, buku doa, Al-Quran, serta peralatan komunikasi seperti ponsel dan pengisi daya portabel.
Arfi juga mengingatkan agar jamaah tetap mengikuti arahan petugas kloter dan sektor. “Jangan panik, karena pemberangkatan ke Armuzna dilakukan secara bertahap,” ujarnya.
Selain itu, jamaah disarankan membawa bekal air minum dan makanan ringan untuk mengantisipasi kebutuhan selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah. Pemerintah memastikan bahwa petugas haji akan terus mendampingi dan membimbing jamaah agar dapat melaksanakan ibadah secara tenang dan teratur.
“Kami mengajak seluruh jamaah untuk menyambut puncak haji dengan penuh ketenangan dan keikhlasan. Semoga Allah memudahkan setiap ibadah kita dan menjadikan kita haji yang mabrur,” lanjut Arfi.
Sementara itu, Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya pemahaman terhadap inti ibadah haji, khususnya wukuf di Arafah, yang menjadi rukun paling utama dalam haji.
“Kita selalu wanti-wanti agar seluruh jamaah fokus pada pelaksanaan haji, jangan sampai mengejar sunah tapi melalaikan yang wajib,” ujar Menag.
Ia menjelaskan bahwa keberhasilan haji tidak hanya ditentukan oleh kesiapan logistik seperti konsumsi dan transportasi, tetapi juga kesiapan spiritual dan pengetahuan tentang tata cara ibadah.
“Boleh jadi makanan, hotel, dan kendaraan kita siapkan dengan baik, tetapi kalau rukunnya tidak dikerjakan atau syarat hajinya tidak terpenuhi, maka ibadahnya bisa tidak sah. Ini yang harus kita jaga bersama,” tutupnya. (Ant)